Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)
Usaha dalam mempertahankan performa jalan di bagi menjadi tiga tahapan dalam proses preservation, tahapan preventive, maintenance dan tahapan reconstruction. Pada tahapan reconstruction hal yang perlu diperhatikan adalah rehabilitasi struktur yang mempertimbangkan keadaan terkini dari:
Kelemahan dari opsi rehabilitasi jalan adalah perkerasan aspal semakin tebal sehingga akan merubah geometrik jalan eksisting; kerusakan pondasi semakin parah; umur perbaikan semakin pendek sehingga akan terjadi perbaikan berulang-ulang. Kelemahan dari opsi ini adalah harganya yang mahal dikarenakan mengganti agregat baru sehingga memicu penambangan batu dan berpotensi merusak lingkungan.
Sesuai job mixed, dilakukan proses daur ulang, menggunakan bahan ikat (semen atau foamed bitument) mengikat eksisting agregat berupa unbound menjadi bound agregates. Base yang telah diremajakan dengan road recycling technology, akan memaksimalkan penggunaan kembali eksisting material.
Secara umum, dari semua opsi yang tersedia. Masing Salah satu material dari tahap reabilitas dengan metode daur ulang (recycling) adalah Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang kemudian dapat dijadikan untuk preservai pada konstruksi jalan.
Reclained asphalt pavement adalah perkerasan jalan yang telah rusak akut kemudian digali dan dihancurkan menjadi semacam agregat. masing memiliki kelemahan dan keunggulannya. Perkerasan daur ulang (recycling) memanfaatkan kembali material (agregat dan aspal) perkerasan lama untuk dijadikan sebagai perkerasan baru yang ditambahkan material baru atau dan bahan peremaja. Keuntungan road recycling salah satunya adalah tidak merusak ekosistem karena sangat ramah lingkungan.
Pada awalnya Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) hanya dibuang menjadi limbah yang menumpuk dan mengganggu lingkungan. Namun dengan cara penambahan bahan semen/ aspal emulsi/ foamed bitumen material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dapat dijadikan material perkerasan jalan yang baru sebagai bahan perkerasan jalan. Kelemahan dari penerapan teknologi Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) belum adanya rancang bangun pemanfaatan material RAP untuk program preservasi jalan.
Pengembangan green technology dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Indonesia merupakan inovasi teknologi yang sangat diperlukan dalam rangka memelihara alam lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Konsep green technology untuk infrastruktur jalan dapat melalui material perkerasan badan jalan, teknologi penataan cross section jalan, teknologi pengelolaan drainase jalan, ataupun penataan lalu lintasnya.
Pemanfaatan material RAP telah diinisisi sejak tahun 1994-an melalui proyek pemeliharaan ruas jalan Bandung-Surabaya dengan menggunakan konsep hot recycling. Pada tahun 2007 Pusjatan (Badan Litbang Jalan) Bandung melakukan inisiasi percobaan fullscale teknologi cold recycling menggunakan foamed bituman sebagai salah satu bahan ikat agregatnya dan diaplikasikan pada tahun 2009 pada proyek ruas jalan Pantura jalur Jatibarang-Kalimantan-Cirebon dan di ruas jalan Boyolali (Solo – Semarang) menggunakan bahan tambahan semen.
Namun sayangnya rancang bangun dan model pedoman serta spesifikasi pekerjaan penggunaan teknologi material RAP unutk konstruksi konstruksi jalan di Indonesia belum ada. Upaya masyarakat internasional untuk menyelamatkan lingkungan melalui KTT Bumi di Johanesburg Afrika Selatan (2002) telah merumuskan deklarasi politik pembangunan berkelanjutan melalui program aksi dan deklarasi politik yang merupakan dukungan terhadap agenda 21.
Kesepakatan agenda 21 melalui deklarasi pembangunan dan lingkungan hidup di Rio de Janeiro Brasil (1992) sebenarnya merupakan misi serius dalam menyelamatkan bumi melalui semangat deep ecology. Semangat ini berpandangan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam kehidupan. Perilaku perusakan dan pencemaran bumi adalah tidak etis karena bumi dan sumber daya alam dipandang sebagai sesuatu yang emiliki hak hidup seperti manusia karena semuanya merupakan ciptaan Tuhan.
Teknologi hijau jika diterapkan dapat menghemat kebutuhan energy dan sumber daya alam serta membangkitkan sumber-sumber daya yang renewable.
Kriteria produk, peralatan atau sistem yang masuk kedalam teknologi hijau, antara lain:
Disisi lain iklim berpengaruh terhadap perkerasan jalan. Jalan merupakan suatu struktur yang tidak terlindung, sangat dipengaruhi oleh kondisi klimatik dimana jalan tersebut dibangun. Kondisi klimatik mempunyai pengaruh jangka panjang tidak saja pada kinerja struktur perkerasan jalan tetapi juga pada respon struktur perkerasan terhadap beban. Kondisi iklim yang mempengaruhi perkerasan jalan adalah kelembaban dan temperatur. Kelembaban akan mempengaruhi kinerja tanah dasar dan lapis pondasi, sedangkan temperatur akan mempengaruhi kinerja lapisan yang memakai material berbahan pengikat semen atau aspal.
- Lingkungan (Environment)
- Teknik (Engineering)
- Ekonomi (Economics)
- Sosial (Social)
Kelemahan dari opsi rehabilitasi jalan adalah perkerasan aspal semakin tebal sehingga akan merubah geometrik jalan eksisting; kerusakan pondasi semakin parah; umur perbaikan semakin pendek sehingga akan terjadi perbaikan berulang-ulang. Kelemahan dari opsi ini adalah harganya yang mahal dikarenakan mengganti agregat baru sehingga memicu penambangan batu dan berpotensi merusak lingkungan.
Rehabilitasi jalan dengan overlay |
Secara umum, dari semua opsi yang tersedia. Masing Salah satu material dari tahap reabilitas dengan metode daur ulang (recycling) adalah Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang kemudian dapat dijadikan untuk preservai pada konstruksi jalan.
Rehabilitasi jalan dengan teknologi daur ulang perkerasan |
Pada awalnya Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) hanya dibuang menjadi limbah yang menumpuk dan mengganggu lingkungan. Namun dengan cara penambahan bahan semen/ aspal emulsi/ foamed bitumen material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dapat dijadikan material perkerasan jalan yang baru sebagai bahan perkerasan jalan. Kelemahan dari penerapan teknologi Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) belum adanya rancang bangun pemanfaatan material RAP untuk program preservasi jalan.
Pengembangan green technology dalam pemeliharaan infrastruktur jalan di Indonesia merupakan inovasi teknologi yang sangat diperlukan dalam rangka memelihara alam lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Konsep green technology untuk infrastruktur jalan dapat melalui material perkerasan badan jalan, teknologi penataan cross section jalan, teknologi pengelolaan drainase jalan, ataupun penataan lalu lintasnya.
Pemanfaatan material RAP telah diinisisi sejak tahun 1994-an melalui proyek pemeliharaan ruas jalan Bandung-Surabaya dengan menggunakan konsep hot recycling. Pada tahun 2007 Pusjatan (Badan Litbang Jalan) Bandung melakukan inisiasi percobaan fullscale teknologi cold recycling menggunakan foamed bituman sebagai salah satu bahan ikat agregatnya dan diaplikasikan pada tahun 2009 pada proyek ruas jalan Pantura jalur Jatibarang-Kalimantan-Cirebon dan di ruas jalan Boyolali (Solo – Semarang) menggunakan bahan tambahan semen.
Baca Juga :
- Aspal Buton Solusi Kebutuhan Aspal Indonesia.
- Asphalt Mixing Plant Dan Komponen Utamanya.
- Ini Dia Aspal Karet Untuk Kualitas Jalan Yang Lebih Baik.
- Ini Dia 5 Faktor Penyebab Kerusakan Jalan Aspal, Mana Yang Paling Sering Terjadi ?.
- Jenis-jenis Aspal Sebagai Material Konstruksi Perkerasan Jalan.
- Menambal Jalan Berlubang Dengan TCM, Tambalan Cepat Mantap.
- Kelebihan Dan Kekurangan Jalan Beton Semen (Rigid Pavement).
- American Road Patch Metode Tambal Lubang Jalan yang Lebih Awet.
Kesepakatan agenda 21 melalui deklarasi pembangunan dan lingkungan hidup di Rio de Janeiro Brasil (1992) sebenarnya merupakan misi serius dalam menyelamatkan bumi melalui semangat deep ecology. Semangat ini berpandangan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam kehidupan. Perilaku perusakan dan pencemaran bumi adalah tidak etis karena bumi dan sumber daya alam dipandang sebagai sesuatu yang emiliki hak hidup seperti manusia karena semuanya merupakan ciptaan Tuhan.
Teknologi hijau jika diterapkan dapat menghemat kebutuhan energy dan sumber daya alam serta membangkitkan sumber-sumber daya yang renewable.
Kriteria produk, peralatan atau sistem yang masuk kedalam teknologi hijau, antara lain:
- Meminimumkan degradasi kualitas lingkungan;
- Mempunyai pembebasan gas rumah kaca (GHG) yang rendah;
- Aman untuk digunakan dan menyediakan lingkungan hidup sehat dan lebih baik untuk semua kehidupan;
- Menghemat nergi dan sumber daya alam;
- Mengalakkan sumber-sumber yang dapat diperbaharui.
Di Amerika Serikat penggunaan material bongkaran perkerasan aspal panas telah dilakukan secara besrbesaran. Penggunaan material RAP mencapai 50% dari campuran aspal panas (Philips, 2004). Secara umum karakteristik material RAP terlihat abu-abu kehitaman pda kondisi kering, atau trelihat lebih kehitaman pada kondisi basah.
Material RAP terdiri atas butiran halus, sedang dan kasar. Butiran kasar terkadang merupakan gabungan beberapa butiran sedang dan halus. Ukuran maksimal butiran RAP ditemukan sekitar 19-25 mm, pada percobaan yang dilakukan oleh Sri Sunarjo pada tahun 2012. Sedangkan, berdasarkan percobaan uji ekstraksi kandungan material RAP didapat rata-rata kadar aspal sebesar 6.7% atau kandungan agregatnya sebesar 3,3%. Komponenn agregat dalam RAP diketahui ukuran maksimumnya adalah sekitar 9,5 mm. Terdapat beberapa metode daur ulang, menurut suhu pencampurannya dapat dibagi menjadi beberapa berikut ini.
Cold-mix Recycling
Daur ulang campuran dingin (cold mix recycling) yaitu material jalan yang sudah dihancurkan di tempat, kemudian dicampur dengan semen aspal emulsi atau kombinasi keduanya dengan sistem pencampuran dingin (tidak perlu memanaskan agregat RAP), sebelum dipadatkan menjadi konstruksi perkerasan jalan yang baru.
Pada teknologi cold-mix recycling yang terkini, bahan tambah aspal emulsi diganti dengan foamed bitumen yang menghasilkan hasil campuran yang lebih cepat mengeras, sehingga bias langsung open traffic begitu proses pemadatan selesai. Menurut Sunaryo dalam penelitiannya mengenai evaluasi engeneering bahan perkerasan jalan dengan RAP dan Foame Bitumen kinerja cpld-mix sejatinya belum memuaskan terutama bila dibandingkan dengan material hot-mix (Sunarjono, 2008).
Hot-mix Recycling
Pada metode Hot-mix recycling aspal yang telah rusak digali, dihiling gan dihancurkan dengan mesin, kemudian ditambahkan sedikit aspal baru dengan percampuran dalam kondisi panas sekitar suhu 140 C – 190 C. Material yang telah tercampur kemudian digelar dan dirapikan permukaannya, untuk kemudian dipadatkan dengan roller compactor sehingga terbentuklah konstruksi perkerasan jalan yang baru .
Warm-mix Recycling
Warm-mix recycling, konstruksi perkerasan ’aspal yang telah rusak’ digali, digiling dan dihancurkan dengan mesin, kemudian ditambahkan sedikit aspal baru dengan pencampuran dalam kondisi hangat pada suhu pencampuran sekitar 600 C.
Material yang sudah permukaannya, untuk kemudian dipadatkan dengan ’roller compactor’, sehingga terbentuklah konstruksi perkerasan jalan yang baru (Sunarjono, 2008). Menurut tempat pencampurannya metode daur ulang dapat dibagi menjadi In-plant recycling (ex-situ) dan Inplace recycling (in-situ).
Dalam kedua metode ini, agregat tidak perlu dipanaskan sebelum dicampur dengan Foamed Bitumen. Dalam metode In-plant recycling (ex-situ) raw material yang dipakai adalah aspal dan filter aktif, kualitas pencampuran dan material campuran yang dihasilkan dapat dikontrol secara ketat.
Material yang dihasilkan juga dapat disimpan beberapa lama untuk penggunaan selanjutnya. Sedangkan pada metode In-place recycling (in-situ) menghasilkan pekerjaan yang lebih cepat, efektif dan murah walaupun kualitas produksnya berpotensi relatif sedikit lebih rendah dari pada metode In-plant recycling (ex-situ). Karakteristik campuran dengan foamed bitumen (diameter briket 10 cm atau 15 cm) dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel Karakteristik campuran dengan foamed bitumen |
Sementara itu, tidak semua foamed bitumen mempunyai kualitas yang layak pakai. Menurut PT. Tindo Karya Lestari ada beberapa persyaratan untuk foamed bitumen yang layak pakai diantaranya foam bitumen dinyatakan baik apabila expansion ratio atau perbandingan antara volume aspal maksimum yang dicapai pada kondisi tidak berbuih (foamed) dan volume pada kondisi tidak berbuih (unfoamed) minimal 10 kali dan half time atau waktu yang ditentukan pada saat volume buih mencapai setengahnya sebelum kembali pada kondisi tidak berbuih minimal 8 detik.
Komponen daur ulang perkerasan jalan terdiri dari tiga yaitu cold milling, cement treated recycling base dan coldmixed recycling with foamed bitumen.
Berkaitan dengan pembangunan preservasi jalan dengan menggunakan pendekatan green technology yang memanfaatkan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) diperoleh gambaran bahwa penggunaan limbah aspal jalan (material Reclaimed Asphalt Pavement/ RAP) pada mulanya dikeruk dan kemudian dibuang atau dibiarkan menumpuk sehingga mengganggu lingkungan. Pemanfaatan RAP untuk bahan campuran/olahan akan diperoleh berbagai kelebihan, yakni:
- Pemanfaatan limbah aspal hasil pengerukan jalan yang rusak (megembung) yang tidak terpakai akan dapat mengatasi permasalahan lingkungan.
- Penggunaan limbah aspal hasil pengerukan akan dapat mengurangi bahan aspal alam natural yang selama iini diperoleh dari diekspoitasi bahan tambang ang dapat merusak lingkungan
- Pengolahan aspal dengan meggunakan bahan campuran limbah yang dapat menimbulkan pecemaran udara
- Pemanfaatan RAP untuk bahan campuran pemeliharaan jalan dari sisi ekonomi akan lebih murah (economis)
Pengaruh Iklim Kepada Perkerasan Jalan |
Jika temperatur meningkat, kekuatan atau stabilitas lapis beraspal akan menurun karena adanya penurunan modulus kekakuan campuran beraspal. Jika kekuatan menurun, maka jalan akan mengalami deformasi ketika ada beban melintas di atasnya.
Pengaruh Iklim Kepada Perkerasan Jalan |
Perkerasan jalan juga dipengaruhi oleh air. Mengingat air akan berkesempatan untuk bertemu dengan semua bahan susun lapis perkerasan.
Hilma Muthi’ah, ST,
Daftar Pustaka :
Phillips, T., 2004. State-of-the-art RAP Processing, Hot-Mix Magazine Vol. 9 No. 2,Tennessee USA.
Sudaarno, Willys, 2018. Peran Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan dalam Perkerasan Berkesinambungan (Sustainable Pavement) dan ramah Lingkungan (Environmentally Friendly), PT. Indodi Karya Lestari.
Sunarjono, Sri, 2006, Evaluasi Engineering Bahan Perkerasan Jalan Menggunakan Rap Dan Foamed Bitumen, Jurnal, UMS, Surakarta.
Widodo Sri, Senja Rum H, dkk, 2013., Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan sebagai Bahan Lapis Fondasi Jalan Raya, Jurnal MKTS.
Phillips, T., 2004. State-of-the-art RAP Processing, Hot-Mix Magazine Vol. 9 No. 2,Tennessee USA.
Sudaarno, Willys, 2018. Peran Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan dalam Perkerasan Berkesinambungan (Sustainable Pavement) dan ramah Lingkungan (Environmentally Friendly), PT. Indodi Karya Lestari.
Sunarjono, Sri, 2006, Evaluasi Engineering Bahan Perkerasan Jalan Menggunakan Rap Dan Foamed Bitumen, Jurnal, UMS, Surakarta.
Widodo Sri, Senja Rum H, dkk, 2013., Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan sebagai Bahan Lapis Fondasi Jalan Raya, Jurnal MKTS.
Post a Comment for "Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)"
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved