Parameter dan Standard Lengkap Agregat Halus (Pasir) untuk Beton
Pasir merupakan salah satu agregat penyusun untuk membuat dan membentuk beton, Sebagai agregat halus, pasir harus memenuhi standard dan parameter yang ditentukan untuk mencapai mutu dan kualitas yang di inginkan
Ada banyak standard dan parameter untuk agregat halus, dan kali ini akan kita bahas satu persatu.
Apa itu agregat halus ?
Agregat halus adalah semua agregat yang butirannya menembus saringan berikut :
Ada banyak standard dan parameter untuk agregat halus, dan kali ini akan kita bahas satu persatu.
Apa itu agregat halus ?
Agregat halus adalah semua agregat yang butirannya menembus saringan berikut :
- 4.88 mm untuk Standard SII.0052-1980
- 4.75 mm untuk Standard Astm C33, 1982
- 5.00 mm Untuk Standard BS. 812. 1976
- 0.75-1.20 (750-1200 kg/m3) Agregat Ringan
- 1.2 - 2.80 (1200-2800 kg/m3 Agregat Normal
- > 2.8 (>2800 kg/m3) Agregat berat
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan beton memikul beban rencana dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material beton adalah:
- gradasi
- kebersihan terhadap lumpur
- kekerasan
- ketahanan agregat
- bentuk butir
- tekstur permukaan
- porositas
- kemampuan untuk menyerap air
- berat jenis
Ukuran Butir dan Gradasi
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal panas terdistribusi dari yang berukuran besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.
Bentuk Agregat dan Kekasaran Permukaan
Tanpa memperhatikan sumber, metode pemerosesan dan mineraloginya, agregat yang digunakan dalam campuran beraspal panas harus memiliki kuat geser yang memadai agar campuran apal yang dihasilkan memiliki ketahanan terhadap deformasi. Karena agregat memiliki sifat kohesi yang rendah maka kuat gesernya hanya dihasilkan oleh gesekan internal antar agregat saja.
Tekstur Permukaan
Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada permukaan perkerasan, tekstur permukaan agregat juga merupakan faktor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan durabilitas campuran beton.
Kebersihan ( Kadar Lempung/Lumpur)
Lempung mempengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal karena adanya lempung mengakibatkan luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah. Dengan kadar aspal yang sama akan menghasilkan tebal lapisan yang lebih tipis yang dapat mengakibatkan terjadinya striping (lepasnya ikatan antara aspal dan agregat).
Berat Jenis dan Penyerapan
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan berat volume air. Agregat berpori akan menyerap aspal lebih banyak dan cenderung membuat aspal menjadi lebih kering. Aspal yang menyelimuti agregat lebih tipis sehingga menyebabkan ikatan antara aspal dan agregat akan lebih mudah pecah atau hancur.
Jenis Agregat berdasarkan proses pengolahannya
- Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses pembentukannya.
- Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan sungai‐sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar‐besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
- Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.
Standard Pemeriksaan Agregat Halus (SNI-03-2461-1991/2002; SII.0052.80; ASTM C-33):
Kadar lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase ukuran butiran yang lolos saringan :
no. 200 ASTM , atau no. 200 British Standar, atau no. 80 DIN (Jerman) atau ukuran lubang saringan standar SI = 0,075 mm atau 75 μm. PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan 0,063 mm atau 63 μm atau no 230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E (DIN) sebagai patokan pengukuran kandungan lumpur.
Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda pencucian sesuai ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing). Dan untuk cara pengukuran kadar lumpur secara praktis di lapangan dilakukan dengan pengocokan, pembahasannya dapat dilihat disini>>Pengujian praktis kadar lumpur.
- maksimal 3% berat kering ( Beton yang mengalami abrasi)
- maksimal 5% berat kering ( Beton yang tidak mengalami Abrasi)
Kandungan Bahan Organik
- Warna 1 dan 2 : dapat digunakan tanpa dicuci
- Warna 3 dan 4 : harus dicuci dahulu
- Warna 5 : Tidak boleh digunakan
Cara pengujian dengan metoda Abrams-Harder :
- Agregat halus (± 150 ml) Direndam dengan larutan NaOH 3%
- Dikocok selama 10 menit kemudian didiamkan selama 24 jam
- lalu dibandingkan warnanya dengan warna pembanding.
Contoh pengujian Kadar organik pasir>>Pemeriksaan kadar organik agregat halus
Modulus halus (fineness Modulus) 1.5 - 3.8 (ASTM C-33 :2.3 - 3.1) variasi modulus halus agregat yang digunakan dalam satu campuran perencanaan beton tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33).
Fineness modulus Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar.
Untuk pengujian Gradasi pasir, dibahas disini>>Pengujian analisa Gradasi pasir
Untuk pengujian Gradasi pasir, dibahas disini>>Pengujian analisa Gradasi pasir
Kekekalan (Soundness)
- 5 siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss
- 5 siklus perendaman Magnesium Sulfat (MgSO4) + maks 15% loss
Indeks Kekerasan : 2.2 (Standar pasir kursa Bangka)
Penyerapan Air (Water Absorbsion); Maksimum 2% (BS maks 3%; Astm maks 2.3 %)
Hilang Pijar (Loss on igniton): Maks 5%
Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas alkali-silika (ASR Alkali silica reaction): negatif (untuk beton yang berhubungan dengan air atau kelembaban)
Standard tersebut diambil dari parameter yang tercantum pada standard berikut ini :
- Penggunaan agregat reaktif alkali silika harus diawasi tenaga ahli
- Menggunakan semen rendah alkali (astm c-150, kadar alkali maks 0,6%) dihitung sebagai kadar akuivalen sodium oksida (Na2O + 0.658K2O)
- Menggunkakan semen campur (blended Cement:ASTM C-195, ASTM C-1157)
- Menggunakan bahan tambahan Pozzolanic (silica fume atau fly ash kelas F, N- fly Ash kelas C tidak boleh digunakan bersama agregat reaktif)
- Menggunakan bahan tambah ground slag (terak tanur tinggi)
- Menggunakan additiv/bahan tambah berbasis senyawa lithium
- Penggunaan agregat reaktif alkali karbon harus diawasi tenaga ahli
- Membatasi kadar ageregat reaktif maksimal 20% untuk beton yang tidak berhubungan dengan air atau kelembaban
- Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil
- Menggunakan semen yang sangat rendah alkali (ASTM C-150, kadar alkali maksimal 0.4% dihitung sebagai kadar ekuivalen sodium oksida (Na2O+0.658K2O)
- Pozzolan dan ground slag tidak efektif untuk penanganan ACR
Standard tersebut diambil dari parameter yang tercantum pada standard berikut ini :
- PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
- SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung)
- SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktural)
- SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir)
- SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
- SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
- ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
- ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)
Post a Comment for "Parameter dan Standard Lengkap Agregat Halus (Pasir) untuk Beton"
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved