Elemen Pokok Bangunan Rumah Tinggal
Ilmubeton.com. Salah satu langkah awal dalam merencanakan bangunan rumah adalah mengenal serta memahami arti elemen dan simbol-simbol gambar bangunan sehingga dapat membaca gambar bangunan dengan baik dan benar.
Elemen dan simbol gambar bangunan jumlahnya cukup banyak dan selalu berkembang sesuai dengan penemuan serta penggunaan elemen/komponen bangunan baru.
Pada pembahasan kali ini hanya dibatasi pada elemen-elemen pokok dan simbol-simbol yang penting sebagai dasar untuk membaca gambar bangunan yang sederhana.
Adapun elemen-elemen pokok bangunan rumah tinggal adalah :
- Pondasi (foundation)
- Lantai (floor)
- Kolom/tiang (stud column )
- Dinding (wall)
- Pintu dan jendela (door and window)
- Langit-langit (ceiling)
- Rangka atap (roof frame)
Jika anda sedang mencari/butuh gambar kerja berbagai tipe rumah untuk inspirasi ataupun untuk latihan silahkan download di sini >>Kumpulan gambar rencana rumah Cad format Dwg
Pondasi
Pondasi merupakan landasan berpijak bangunan di atas tanah. Pondasi ini dibutuhkan karena pada umumnya daya dukung tanah tidak cukup kuat untuk memikul beban bangunan yang berdiri di atasnya. Maka itu pondasi merupakan perbaikan tanah sehingga memiliki daya dukung yang cukup kuat untuk memikul beban bangunan di atasnya.
Pada umumnya pondasi terletak di bawah permukaan tanah pada kedalaman tertentu sebab tanah pada bagian bawah lebih keras dan padat sehingga memiliki daya dukung yang lebih besar. Juga pengaruh iklim terhadap tanah (muai dan susut) pada bagian bawah relatif kecil.
Dalam dan besarnya pondasi tidak selalu sama di setiap tempat karena kedalaman dan besar pondasi tergantung dari daya dukung tanah setempat serta besarnya beban bangunan yang dipikul.
Secara garis besar pondasi untuk rumah tinggal dapat dibagi atas dua jenis yaitu pondasi untuk tanah lembek dan pondasi untuk tanah keras.
Lantai
Lantai merupakan penutup permukaan tanah di dalam atau di luar bangunan (teras). Lantai harus dibuat dengan konstruksi kedap air sehingga air tanah tidak membasahi permukaan lantai dan cukup kuat untuk memikul bebas di atasnya.
Lantai di dalam rumah minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan tanah pekarangan yang tertinggi. Jika permukaan tanah pekarangan lebih rendah dari permukaan jalan maka lantai bangunan harus dibuat minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan jalan. Hal ini dimaksudkan agar air hujan tidak memasuki ruangan.
Dalam teknis pemasangan lantai, kondisi tanah harus diperbaiki terlebih dahulu dengan cara pemadatan (ditumbuk dan disiram air) dan diberi lapisan pasir minimal 15 cm sebelum dipasang lantai. Perbaikan kondisi tanah tersebut dimaksudkan agar lantai memiliki landasan yang kuat supaya tidak pecah atau turun dan mencegah naiknya air tanah yang dapat membasahi permukaan lantai.
Kolom/Tiang
Kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah dan sebagai penunjang beban bangunan di atasnya. Menurut persyaratan yang ditentukan kolom harus cukup kuat untuk memikul beban sendiri, gaya-gaya dan momen-momen yang diakibatkan oleh konstruksi yang dipikul.
Ukuran luas penampang kolom ditentukan oleh beban yang dipikul dan kekuatan bahan yang dipergunakan sebagai kolom. Luas penampang kolom untuk setiap jenis bahan yang digunakan minimal mampu memikul beban tanpa perubahan bentuk (melengkung, bengkok) sehingga beban yang dipikul dapat diteruskan dengan baik ke pondasi.
Dinding
Dinding merupakan pembatas rumah terhadap halaman dan juga sebagai pembatas antara ruang di dalam rumah. Untuk dinding luar bangunan di indonesia harus dibuat dari bahan yang mampu menyekat panas dengan baik dan tahan terhadap air hujan mengingat kondisi iklim yang ada.
Konstruksi dinding minimal mampu memikul beban sendiri dan beban angin. Jika dinding juga merupakan pemikul konstruksi di atasnya maka dinding harus mampu memikul beban tersebut.
Dalam segi teknis perlu diperhatikan bahwa dinding harus terpisah dari pondasi dengan lapisan kedap air (semen ram) minimal 15 cm di bawah permukaan tanah dan 20 cm di atas permukaan lantai. Hal ini dimaksudkan agar air tanah tidak meresap ke atas yang mengakibatkan dinding basah dan berjamur.
Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela merupakan pembukaan pada dinding bangunan. Pintu berfungsi sebagai jalan keluar masuk ke dalam ruangan sementara fungsi jendela sebagai jalan keluar masuk udara dan sinar matahari ke dalam ruangan.
Pintu
Pintu sebagai jalan keluar masuk ruangan harus direncanakan dengan ukuran yang sesuai dengan fungsi ruangan masing-masing dengan ukuran standar sebagai berikut :
Pintu Utama dengan lebar minimal 90 cm dan tinggi 200 cm.
Pintu Ruang-Ruang Utama dengan lebar minimal 80 cm dan tinggi 200 cm.
Pintu Kamar Mandi/WC dengan lebar minimal 70 cm dan tinggi 190 cm.
Konstruksi pintu direncanakan sedemikian rupa sehingga cukup kuat dan aman. Pada ruang-ruang yang bersifat umum pintu dapat dibuat dari bahan yang tembus pandang misalnya kaca sehingga pintu dapat meneruskan sinar ke dalam ruangan.
Untuk ruang-ruang yang bersifat pribadi seperti kamar mandi/WC dan kamar tidur sebaiknya dibuat dari bahan yang masif tidak tembus pandang. Khusus untuk kamar mandi sebaiknya dari bahan water proof misalnya fomika atau logam karena sering kena percikan air.
Jendela
Jendela diperlukan sebagai lobang cahaya agar sinar matahari dapat secara langsung menyinari ruangan dan juga sebagai lobang ventilasi untuk pertukaran udara di dalam ruangan.
Menurut peraturan setiap ruangan harus memiliki jendela sebagai lobang cahaya dan pertukaran udara dengan minimal luas lobang jendela tanpa rintangan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan sepersepuluh bagian dapat terbuka dengan bentuk jendela meluas ke arah atas sampai setidaknya 1,95 m dari lantai.
Jika dinding ruangan tidak memungkinkan dibuat jendela maka harus dibuat lobang cahaya pada langit-langit dan ventilasi buatan atau dengan cara penerangan lampu secara minimal tiap ruangan kerja memiliki nilai penerangan 50 lux dan 20 lux untuk gang dan lain-lain.
Langit-langit atau Plafon
Langit-langit atau plafon merupakan pembatas tinggi ruangan, penutup kerangka atap bagian bawah dan yang terpenting merupakan penyekat panas.
Dengan adanya plafon di bawah rangka atap maka terbentuk rongga (ruang) tertutup di atas ruangan. Rongga di dalamnya itu merupakan isolator yang baik jika bahan plafon dibuat dari bahan yang tidak meneruskan panas.
Bentuk plafon dapat dibuat datar sejajar dengan lantai atau miring sejajar dengan sudut miring rangka atap atau dengan variasi tinggi rendah.
Bentuk plafon dapat mempengaruhi kesan dan bentuk ruangan serta kemampuannya menyekat panas. Misalnya plafon datar akan membentuk rongga atap yang lebih besar dari langit-langit miring maka langit-langit datar dapat menyekat panas yang lebih baik.
Menurut peraturan tinggi plafon datar minimal 2,40 m terkecuali untuk :
Plafon miring dengan syarat minimal ½ dari luas ruang memiliki plafon setinggi 2,40 m dan tinggi selebihnya dengan titik terendah minimal 1,75 m.
Plafon pada kamar mandi, ruang cuci dan WC boleh dibuat lebih rendah minimal 2,10 m.
Rangka Atap
Rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi sebagai penopang, penyangga, dan dasar landasan penutup atap. Rangka atap untuk rumah tinggal pada umumnya dibuat dari bahan kayu yang cukup kuat
Bagian-bagian pokok rangka atap dengan menggunakan penutup atap genteng dan sejenisnya (atap konvensional) terdiri dari:
- Kuda-kuda
- Balok tembok
- Gording
- Nok (bubungan)
- Jure (hip atau valley)
- Usuk (kaso)
- Reng
- Papan suri
- Papan talang
- Lisplang
- Balok pincang
- Ikatan angin
Uraian tentang fungsi bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan kerangka utama yang memikul hampir semua beban atap, karena di atas kuda-kuda terpasang bagian rangka atap yang lain. Selain memikul beban sendiri dan beban kerangka atap yang lain, kuda-kuda juga memikul beban tak tetap, seperti angin dan air hujan yang merupakan beban yang cukup besar. Oleh karena itu konstruksi kuda-kuda direncanakan untuk
memikul seluruh beban, gaya, dan momen yang terjadi,
Letak kekuatan kuda-kuda bukan sematamata ditentukan oleh besarnya balok kayu yang digunakan, akan tetapi juga tergantung pada bentuk dan struktur kuda-kuda itu sendiri. Pada prinsipnya kuda-kuda harus dapat membagi dan mengarahkan beban yang dipikul pada bagian yang telah ditentukan.
Balok tembok
Balok tembok merupakan gording yang terletak di atas dinding (tembok) luar Balok tembok ini berfungsi sebagai landasan pemasangan kaso dan sebagai pengikat kaki kuda kuda agar berada pada posisi yang tetap ..
Nok (bubungan)
Balok nok terletak pada puncak kuda kuda, berfungsi sebagai landasan pemasangan usuk, serta penghubung, dan pengikat antara satu kuda-kuda dengan kuda-kuda yang lain. Oleh karena balok nok berada pada puncak kuda-kuda yang merupakan pertemuan ke dua penutup atap (genteng) dari kedua sisi atap, maka nok juga merupakan landasan pe nutup kedua sisi atap. Penutup pertemuan sisi atap itu berupa genteng nok yang ber bentuk seperti huruf U atau V.
Gording
Gording merupakan suatu balok yang di pasang melintang pada sisi miring kuda-kuda dan berfungsi untuk dasar perletakan kaso (usuk).
Jarak pemasangan gording pada sisi miring kuda-kuda maksimal tiga meter dari satu gording ke gording yang lain, sedangkan gording untuk atap ashes gelombang di pasang dengan jarak maksimal 1,20 m, kare na gording juga langsung berfungsi sebagai landasan pemasangan ashes gelombang.
Jure (hip atau valley)
Jure merupakan balok yang dipasang dengan posisi miring dari sudut dinding bangunan ke arah puncak kuda-kuda.(nok). Jure luar (hip) dipasang dari sudut dinding yang berdiri bebas, sedangkan jure dalam (valley) dipasang pada sudut pertemuan dua bidang dinding bangunan, misalnya pada sudut pertemuan dinding bangunan yang berbentuk huruf L atau T.
Post a Comment for "Elemen Pokok Bangunan Rumah Tinggal"
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved